Jakarta, CNBC Indonesia – Emas kembali menunjukkan kinerja positifnya pada awal pekan ini meskipun masih diragukan konsistensinya. Pada perdagangan Senin (13/6/2022) pukul 06:33 WIB, harga emas dunia di pasar spot berada di US$ 1.875,54 per troy ons. Harga emas menguat 0,25%.
Harga tersebut merupakan rekor tertinggi sejak 6 Mei lalu atau lebih dari sebulan terakhir. Penguatan emas hari ini juga melanjutkan tren positif sang logam mulia yang sudah berlangsung sejak Jumat. Pada perdagangan Jumat lalu, emas menguat 1,26% dan ditutup di harga US$ 1.870, 96 per troy ons.
Dalam sepekan, harga emas sudah menguat 1,34% secara point to point. Dalam sebulan, harga emas masih menguat 0,01% sementara dalam setahun turun 0,06%.
Kenaikan harga emas salah satunya dipicu oleh buruknya data inflasi Amerika Serikat (AS) serta melemahnya kepercayaan konsumen Negara Paman Sam. Buruknya kedua data tersebut meningkatkan kekhawatiran akan terjadinya resesi di AS.
Inflasi AS melambung 8,6% pada Mei tahun ini, yang merupakan level tertinggi sejak Desember 1981. Sementara itu, survei yang dilakukan University of Michigan menunjukkan tingkat kepercayaan konsumen AS hanya ada di angka 50,2 di Mei. Titik tersebut menjadi yang terendah dalam 40 tahun terakhir.
“Pergerakan emas seperti roller coaster. Harga emas turun jauh ke level terendah dalam sebulan kemudian naik tajam setelah data inflasi dan rendahnya kepercayaan konsumen,” tutur Tai Wong, analis independen di New York, seperti dikutip dari Reuters.
Suki Cooper dari Standard Chartered mengatakan kinerja emas terbilang baik dan tahan banting di tengah ekspektasi kenaikan suku bunga acuan serta kondisi risk off di pasar. Namun, TD Securities mengingatkan emas sepertinya akan kembali melemah pekan ini karena kuatnya pengaruh kenaikan suku bunga acuan.
“Emas sepertinya akan menyerah dan kembali melemah. Harga emas bahkan cenderung bergerak di bawah US$ 1.800 per troy ons seiring naiknya suku bunga acuan The Fed,” tutur TD Securities, seperti dikutip dari Reuters.
Sebagai catatan, The Fed akan menggelar pertemuan pada 14-15 Juni atau pekan ini. Pasar berekspektasi The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 bps pada bulan ini. Kenaikan suku bunga bisa memperkuat dolar AS serta yield surat utang pemerintah AS sehingga emas kehilangan daya tarik.
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com